Senin, 11 Juni 2012

PARA PENDUSTA


Rasulullah Saw. Bersabda :
“peliharalah dirimu dari dusta, karena sesungguhnya dusata itu membawa kepada kehancuran dan kecurangan membawa ke neraka” (HR. Bukhari)


Dusta adalah kata sifat yang maknanya berlawanan dengan jujur. Iya mempunyai makna negatif jika di sandarkan pada seseorang, bhakan sekelompok orang akan termasok dalam kategori jahat apabila iya suka berdusta, yaitu orang yang dalam pernyataannya tentang sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Dusta tidak hanya menyangkut perkataan, tetapi juga menyangkut perbuatan. Maksudnya dusta tidak hanya tentang perkataan, tetapi bisa juga dusta perbuatan. Dusta perkataan dan perbuatan sering kali berjalan bersamaan.

Ketika seorang jurkam (juru kampanye) berjanji akan melakukan ini dan itu apabila partai yang dibelanya menang, dan ternyata setelah menang ia tidak melakukan apa-apa atau bahkan melupakan janjinya. Hal itu masuk dalam kategori dusta perkataan dan sekaligus dusta perbuatan.

Seseorang yang penampilannya menarik orang banyak, tetapi ternyata penampilannya itu untuk mengelabui orang, maka yang demikian itu termasuk dalam kategori dusta perbuatan.

Seorang pemimpin yang tidak mampu mensejahterakan rakyatnya, tidak mampu membuat kedamaian dan tidak mampu menjaga keamanan rakyatnya, juga termasuk pendusta. Ia telah berdusta. Ia telah berdusta kepada dirinya sendiri atas ketidakmampuannya dan telah mendusta rakyatnya yang telah mempercayainya.

Sebab, kepemimpinan adalah amanah yang diberikan rakyat kepadanya, maka apabila seseorang tidak mampu menjalankan tugas kepemimpinanny, maka dia telah menghianati rakyatnya sendiri. Oleh karena itu, apabial seorang pemimpin sudah merasa tidak mampu menjalankan tugas dan kewajiban sebagai pimpinan, maka jalan yang terbaik adalah mundur dari kepemimpinan itu.

Apabila ia tidak ingin dianggap sebagai pendusta sebagai orang yang mendustai atau menghianati rakyatnya. Yang demikian itu akan lebih baik daripada ia harus melaksanakan dirinya sebagai pemimpin rakyat dengan ketidakmampuannya. Tentu saja dia mundur dengan terhormat sesuai peraturan yang berlaku atau secara konstitusional.

Berdusta adalah salah satu karakter orang-orang tercela dalam pandangan agama. Dusta adalah merupakan pokok dan induk dari bermacam-macam akhlak yang buruk yang tidak saja merugikan masyarakat pada umumnya, tetapi juga merugikan orang yagn berdusta itu sendiri.

Ketika seorang direktur perusahaan yang berjanji akan menaikan gaji karayawannya, tetapi ternyata tidak juga datang waktu naiknya gaji itu sampai waktu yang ditentukan, sementara dia sendiri mengetahui betapa sempitnya tarap ekonomi karyawannya. Hal itu akan merugikan semua pihak, termasuk perusahaan akan rugi, karena karyawan akan malas bekerja yang akan mengakibatkan pada penurunan produktifitas perusahaan, sementara wibawa pemimpin perusahaan akan hancur dimata karyawannya karena dustanya itu.

Aristoteles ketika ditanya tentang dusta, ia menjawab: “masyarakat tidak akan percaya terhadap perkataan mu sewaktu kamu berbicara benar”. Padahal setiap orang dimuka bumi ini sangat memerlukan adanya kepercayaan masyarakat terhadap dirinya baik sebagai dokter, pedagang, guru, munaligh, ulama dan lain-lain.

Barang siapa kehiangan kepercayaan masyarakat atas dirinya, berarti ia kehilangan kebaikan yang besar. Bahkan Rasulullah Saw, mengatakan bahwa dusta adalah salah satu ciri-ciri kemunafikan sebagaimana sabdanya yang artinya:
Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga macam: apabila berkata suka berdusta, apabila berjanji suka menyalahi dan apabial diberi kepercayaan (amanat) suka berkhianat”.

Ada beberapa macam bentuk kedustaan, seperti kamunafikan, menyalahi janji, kesaksian palsu dan lain-lain. Kesaksian palsu didepan pengedilan yang sering terjadi bakalan ini juga termasuk kedustaan yang tak lebih bahayanya dari pada bentuk-bentuk kebohongan yang lain. Rasulullah Saw. Menyebutkan kesaksian palsu sebagai dosa besar yang hampir setaraf dengan dosa syirik, durhaka kepada ibu bapak. Menjadi sakdi palsu adakalanya berbentuk: ia berkata tahu padahal sebetulnya tidak tahu, atau adakalanya ia berkata tidak tahu, padahal ia sebenarnya mengetahui.

Akhirnya apabila penyakit dusta telah mewabah ditengah-tengah masyarakat, maka masyarakat akan hidup dalam kedustaan-kedustaan, sehingga rusaklah tatanan masyarakat manusia, maka tinggallah menugngu kehancuran.

Demikianlah berbagai kejahatan yang timbul dari dusta dan karena itu Islam menyebut dusta itu sebagai kunci masuk neraka, sebagaimana jujur sebagai kunci masuk surga.
Ketika seseorang sudah berani berdusta, maka muncul dalam dirinya berbagai macam kejahatan, sebab dusta adalah pintu kejahatan-kejahatan lainnya. Oleh karena itu kita bermohon kepada Allah dan berlindung dari sifat pendusta.

Seorang pemimpin yang tidak mampu mensejahterakan rakyatnya, tidak mampu membuat kedamaian dan tidak mampu menjaga keamanan rakyatnya, juga termasuk pendusta. ia telah berdusta kepada dirinya sendiri atas ketidakmampuannya dan mendustai rakyatnya yang telah mempercayakan kepemimpinan kepadanya. Sebab kepemimpinan adalah amanah yang diberikan rakyat kepadanya, maka apabila seseorang tidak mampu menjalankan tujuan kepemimpinan itu, maka dia telah menghianati rakyatnya.

2 komentar:

  1. susah emank meskipun sehari saja untuk tidak berdusta..

    BalasHapus
    Balasan
    1. kita tidak bisa menyangkal semua itu, bahwa semua manusia pernah melakukan dusta. tinggal bagaimana cara kita untuk menyikapinya dan mengambil hikmahnya :)

      salam kenal ^^

      Hapus