Rasulullah
Saw. Bersabda :
“peliharalah dirimu dari dusta, karena sesungguhnya
dusata itu membawa kepada kehancuran dan kecurangan membawa ke neraka” (HR.
Bukhari)
Dusta
adalah kata sifat yang maknanya berlawanan dengan jujur. Iya mempunyai makna negatif
jika di sandarkan pada seseorang, bhakan sekelompok orang akan termasok dalam
kategori jahat apabila iya suka berdusta, yaitu orang yang dalam pernyataannya tentang
sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Dusta
tidak hanya menyangkut perkataan, tetapi juga menyangkut perbuatan. Maksudnya
dusta tidak hanya tentang perkataan, tetapi bisa juga dusta perbuatan. Dusta perkataan
dan perbuatan sering kali berjalan bersamaan.
Ketika
seorang jurkam (juru kampanye)
berjanji akan melakukan ini dan itu apabila partai yang dibelanya menang, dan
ternyata setelah menang ia tidak melakukan apa-apa atau bahkan melupakan
janjinya. Hal itu masuk dalam kategori dusta perkataan dan sekaligus dusta
perbuatan.
Seseorang
yang penampilannya menarik orang banyak, tetapi ternyata penampilannya itu
untuk mengelabui orang, maka yang demikian itu termasuk dalam kategori dusta
perbuatan.
Seorang
pemimpin yang tidak mampu mensejahterakan rakyatnya, tidak mampu membuat
kedamaian dan tidak mampu menjaga keamanan rakyatnya, juga termasuk pendusta. Ia
telah berdusta. Ia telah berdusta kepada dirinya sendiri atas ketidakmampuannya
dan telah mendusta rakyatnya yang telah mempercayainya.
Sebab,
kepemimpinan adalah amanah yang diberikan rakyat kepadanya, maka apabila
seseorang tidak mampu menjalankan tugas kepemimpinanny, maka dia telah
menghianati rakyatnya sendiri. Oleh karena itu, apabial seorang pemimpin sudah
merasa tidak mampu menjalankan tugas dan kewajiban sebagai pimpinan, maka jalan
yang terbaik adalah mundur dari kepemimpinan itu.
Apabila
ia tidak ingin dianggap sebagai pendusta sebagai orang yang mendustai atau menghianati
rakyatnya. Yang demikian itu akan lebih baik daripada ia harus melaksanakan
dirinya sebagai pemimpin rakyat dengan ketidakmampuannya. Tentu saja dia mundur
dengan terhormat sesuai peraturan yang berlaku atau secara konstitusional.
Berdusta
adalah salah satu karakter orang-orang tercela dalam pandangan agama. Dusta adalah
merupakan pokok dan induk dari bermacam-macam akhlak yang buruk yang tidak saja merugikan masyarakat pada umumnya,
tetapi juga merugikan orang yagn berdusta itu sendiri.
Ketika
seorang direktur perusahaan yang berjanji akan menaikan gaji karayawannya,
tetapi ternyata tidak juga datang waktu naiknya gaji itu sampai waktu yang ditentukan,
sementara dia sendiri mengetahui betapa sempitnya tarap ekonomi karyawannya. Hal
itu akan merugikan semua pihak, termasuk perusahaan akan rugi, karena karyawan
akan malas bekerja yang akan mengakibatkan pada penurunan produktifitas
perusahaan, sementara wibawa pemimpin perusahaan akan hancur dimata karyawannya
karena dustanya itu.
Aristoteles
ketika ditanya tentang dusta, ia menjawab: “masyarakat
tidak akan percaya terhadap perkataan mu sewaktu kamu berbicara benar”. Padahal
setiap orang dimuka bumi ini sangat memerlukan adanya kepercayaan masyarakat
terhadap dirinya baik sebagai dokter, pedagang, guru, munaligh, ulama dan
lain-lain.
Barang
siapa kehiangan kepercayaan masyarakat atas dirinya, berarti ia kehilangan kebaikan
yang besar. Bahkan Rasulullah Saw, mengatakan bahwa dusta adalah salah satu
ciri-ciri kemunafikan sebagaimana sabdanya yang artinya:
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga
macam: apabila berkata suka berdusta, apabila berjanji suka menyalahi dan apabial
diberi kepercayaan (amanat) suka berkhianat”.
Ada
beberapa macam bentuk kedustaan, seperti kamunafikan, menyalahi janji,
kesaksian palsu dan lain-lain. Kesaksian palsu didepan pengedilan yang sering terjadi
bakalan ini juga termasuk kedustaan yang tak lebih bahayanya dari pada
bentuk-bentuk kebohongan yang lain. Rasulullah Saw. Menyebutkan kesaksian palsu
sebagai dosa besar yang hampir setaraf dengan dosa syirik, durhaka kepada ibu
bapak. Menjadi sakdi palsu adakalanya berbentuk: ia berkata tahu padahal
sebetulnya tidak tahu, atau adakalanya ia berkata tidak tahu, padahal ia
sebenarnya mengetahui.
Akhirnya
apabila penyakit dusta telah mewabah ditengah-tengah masyarakat, maka
masyarakat akan hidup dalam kedustaan-kedustaan, sehingga rusaklah tatanan
masyarakat manusia, maka tinggallah menugngu kehancuran.
Demikianlah
berbagai kejahatan yang timbul dari dusta dan karena itu Islam menyebut dusta
itu sebagai kunci masuk neraka, sebagaimana jujur sebagai kunci masuk surga.
Ketika
seseorang sudah berani berdusta, maka muncul dalam dirinya berbagai macam
kejahatan, sebab dusta adalah pintu kejahatan-kejahatan lainnya. Oleh karena
itu kita bermohon kepada Allah dan berlindung dari sifat pendusta.
Seorang pemimpin
yang tidak mampu mensejahterakan rakyatnya, tidak mampu membuat kedamaian dan
tidak mampu menjaga keamanan rakyatnya, juga termasuk pendusta. ia telah
berdusta kepada dirinya sendiri atas ketidakmampuannya dan mendustai rakyatnya
yang telah mempercayakan kepemimpinan kepadanya. Sebab kepemimpinan adalah
amanah yang diberikan rakyat kepadanya, maka apabila seseorang tidak mampu
menjalankan tujuan kepemimpinan itu, maka dia telah menghianati rakyatnya.
susah emank meskipun sehari saja untuk tidak berdusta..
BalasHapuskita tidak bisa menyangkal semua itu, bahwa semua manusia pernah melakukan dusta. tinggal bagaimana cara kita untuk menyikapinya dan mengambil hikmahnya :)
Hapussalam kenal ^^